Tuesday 23 February 2016

Berorganisasi di Usia Remaja: Pengalaman di Masa Lalu dan Masa Depan yang Lebih Menjanjikan

Oleh: Firda Amalia H

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, saya sudah sering mendengar pepatah-pepatah ajaib yang mampu membangkitkan motivasi utamanya motivasi agar berjuang meraih mimpi-mimpi. Tidak jarang pula saya menuliskan kalimat-kalimat motivasi itu ke dalam buku harian saya , media sosial, atau bahkan menempelkannya pada dinding-dinding kamar saya. Tujuannya, tentu, agar saya termotivasi.
“Pengalaman adalah guru terbaik”
Kalimat tersebut merupakan salah satu pepatah yang selalu saya ingat. Pepatah itu diperkenalkan oleh salah seorang guru bahasa Inggris sekaligus wali kelas saya ketika duduk di bangku kelas 3 SMA – namanya Ma’am Suherni. Setiap sebelum memasuki pelajaran, beliau selalu menyempatkan diri untuk berbagi kalimat ajaibnya dengan kami. Dan, duar! Seketika kalimat itu lalu membakar motivasi dan semangat belajar kami.
Sebagian dari pembaca  – yang masih berusia muda seperti saya – mengatakan bahwa mengoleksi pengalaman yang luar biasa – contohnya pengalaman berorganisasi – adalah hal yang menyenangkan. Betapa tidak, melalui sebuah pengalaman, kita bisa membayangkan hal apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Selain mendapatkan momen sejarah yang tak terlupakan, pengalaman juga menjadi alarm pengingat di kehidupan kita.
Artikel ini pun saya buat berlandaskan pengalaman sederhana yang terjadi beberapa waktu lalu di istana kecilku. Sebuah perdebatan kecil antara saya dan salah satu orang yang paling penting dalam hidup saya itu pun membuat saya terinspirasi membuat tulisan yang sederhana ini. Seketika perdebatan itu berjalan, seketika itu pula sebuah pemikiran sederhana masuk ke dalam otakku.

Relasi Antara Uang, Bekerja dan Pengalaman
Uang. Sebuah benda sakral yang digunakan sebagai alat ukur atas nilai suatu barang dan jasa. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang menjadi sesuatu yang sangat penting dalam sebuah kehidupan. Uang tidak hanya memengaruhi satu individu, melainkan suatu komunitas dunia.
Beberapa orang ingin bekerja hanya jika dibayar dengan uang sebagaimana fungsi uang sebagai alat ukur atas nilai suatu jasa. Semakin besar jasa maka semakin besar pula jumlah uang yang harus dibayarkan. Tentu saja. Seseorang yang bahkan tidak pernah belajar Ilmu Ekonomi sekali pun tentu mengetahui hukum alam tersrebut.
Lantas, bagaimana jika kita memberikan jasa tanpa dibayar dengan uang? Bukankah bekerja tanpa mengharapkan imbalan itu lebih asyik? Sebagian dari pembaca pasti pernah mendapatkan rumus seperti ini:
Hasil = Usaha / Harapan
Anggaplah hasil kita analogikan sebagai uang pasti yang akan kita peroleh. Usaha sebagai jasa yang kita berikan. Kemudian harapan sebagai angan-angan terhadap jumlah balas jasa (dalam hal ini adalah uang) yang akan diperoleh. Seseorang yang pernah belajar matematika tentu mengetahui bahwa angka berpa saja yang dibagi nol hasilnya tak terhingga. Jika diterapkan ke dalam kasus di atas, maka disimpulkan suatu pernyataan bahwa “suatu jasa baik dalam bentuk kecil maupun besar jika dilakukan dengan ikhlas tanpa mengharapkan apa-apa maka akan menghasilkan sesuatu yang tak terhingga, luar biasa”.
Dalam ilmu ekonomi, kita juga diajarkan bahwa seseorang yang ingin mendapatkan output haruslah memiliki input. Sederhananya, jika ingin kaya maka harus punya modal. Saya juga menafsirkan bahwa modal yang dimaksud di sini bukan hanya sekedar materi – uang, melainkan sebuah pengalaman. Tentu saja.

Baiklah, karena prolognya saya rasa sudah sangat panjang, maka saya akan masuk ke inti pembahasan yang sebenarnya.

Usia Muda dan Organisasi
Sudah seharusnya saya dan kamu – yang berada di usia muda – aktif di berbagai kegiatan organisasi. Mengapa perlu berorganisasi? Pada artikel sebelumnya saya telah membahas mengenai manfaat berorganisasi di masa remaja yang bisa kamu lihat di sini.
Sayangnya, begitu banyak orang tua yang melarang anaknya untuk menjadi seorang organisator. Alasannya pun beragam, dan salah satu alasan yang membuat saya sampai menulis artikel ini adalah, “Ikut organisasi hanya buang-buang uang. Tidak usah ikut organisasi kalau tidak dapat bayaran”.
Dalam organisasi ada tiga kunci utama yang harus kita pegang, yakni totalitas, loyalitas dan royalitas. (Saya diberitahu ketiga kunci ini oleh salah seorang senior saya di OSIS). Sudah tentu royalitas yang sangat erat kaitannya dengan “pengeluaran berupa uang” menjadi salah satu kunci sukses seorang organisator. Hal itu dikarenakan setiap program kerja yang akan dilaksanakan mempunyai anggaran dana. Jika bukan panitia pelaksana yang sibuk mencari dana, lantas siapa lagi?
Namun, apakah semua pengorbanan biaya yang dilakukan hanya sia-sia? Tentu jawabannya tidak. Menurut diri saya pribadi, mengeluarkan rupiah untuk sebuah organisasi tempat kita bernaung merupakan sebuah investasi. Ya, investasi yang berarti kelak dikemudian hari akan kita petik hasilnya.
Mengapa demikian? Mari kita bahas lebih lanjut.
Tentu kita telah menyepakati bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman adalah sesuatu yang sangat mahal. Untuk mendapatkan suatu pengalaman berharga, tentu pun dibutuhkan modal. Modal yang dimaksud baik berupa tenaga, pikiran dan tentu saja; uang.
Bagaimana membeli pengalaman dengan uang? Tentu tak semudah membayar belanjaan di supermarket. Ada serangkaian proses yang harus dilewati. Seperti, bergabung di sebuah organisasi dan komunitas, melewati berbagai prosesi, turut berperan dalam kepanitiaan, lalu turut mendanai acara dengan menyumbang berbagai rupiah.
Apakah rupiah yang disumbangkan akan bermanfaat? Ya, tentu saja. Rupiah yang kita telah keluarkan tidaklah terbuang percuma. Rupiah-rupiah tersebut akan berganti menjadi sebuah acara yang sukses. Acara dengan nama kita sebagai salah satu contributor penting. Apa yang didapatkan kemudian? Tentu saja, kebanggaan dan juga pengalaman.
Pengalaman berharga dari sebuah acara yang telah terselenggara dengan sukses tidak hanya berbuah manis pada selembar kertas laporan pertanggungjawaban, akan tetapi berdampak pula pada bagian kehidupan lainnya.
Jika kamu seorang pemuda yang update mengenai event-event pelajar dan pemuda, tentu kamu tahu Parlemen Remaja, Indonesian Student and Youth Forum, Aksi Indonesia Muda, Astra Honda Motor Best Student, dan masih banyak lagi lainnya. Tahukah kalian apa yang menjadi salah satu syarat mutlak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan bergengsi tersebut? Ya, pengalaman berorganisasi.
Percayalah bahwa apa yang kau lakukan saat ini akan berdampak pada masa depan. Begitu pun dengan mengikuti segelintir aktivitas berorganisasi. Salah satu contoh lain betapa pentingnya pengalaman berorganisasi juga bisa dilihat pada pengajuan berbagai beasiswa. Contohnya Beasiswa Djarum Plus, beasiswa yang menjadi incaran mahasiswa-mahasiswi hebat dari pelosok Indonesia.
Katanya, pengalaman berorganisasi pun juga sangat berpengaruh pada dunia kerja nanti. Betapa tidak, pada saat berorganisasi kita telah belajar memegang suatu tanggung jawab berdasarkan peran dan kedudukan kita dalam organisasi, belajar bekerja sama dengan tim untuk menyukseskan program kerja, manajemen waktu, dan bagaimana menghargai sikap orang lain yang berada ‘satu atap’ dengan kita.
Jadi, investasi masa depan melalui pengalaman berorganisasi itu sudah pasti, teman-teman. Jangan takut untuk menanam modal melalui organisasi yang sedang kamu ikuti saat ini. Meskipun saya sendiri masih memiliki pengalaman yang minim dalam berorganisasi, namun manfaatnya luar biasa sudah saya rasakan. Ayo, jadi lah pemuda organisatoris yang kreatif!
Sebelumnya, saya pernah membahas tentang INCREDIBLE with Student Organization di blog ini, kalau kamu belum baca, silakan klik di sini.
Yuk, nonton videoku tentang remaja dan organisasi! Klik di sini :) 

No comments:

Post a Comment