Oleh: Firda Amalia H
Jam
menunjukkan pukul 19.30 WITA. Dalmas yang mengantarku beserta teman-teman calon
Keluarga Mahasiswa Akuntansi Universitas Hasanuddin telah sampai di Batu Lapis,
Malino, tempat Pengaderan Awal Tingkat Ormaju Ikatan Mahasiswa Akuntansi (PATO
IMA) 2015 bertemakan “Di Rumah Ungu, Menghias Tidak Sekedar Solidaritas” digelar.
Jalanan yang sempit membuat Dalmas tak dapat mengantar kami tepat di depan
penginapan, sehingga kami perlu berjalan sekitar kurang lebih 100 meter.
Dingin. Kesan pertama setibanya kami di tempat itu.
Macet
di sepanjang kota Makassar terpaksa membuat perjalanan kami terhambat dan
molor. Namun, keceriaan tetap menghias perjalanan kami. Mars IMA, Mars Fakultas
Ekonomi, Mars Universitas Hasanuddin, dan beberapa lagu sempat menjadi hiburan
kami, sebelum beberapa di antara kami terlelap melepas penat. Sepanjang maghrib
kami habiskan di antara gunung dan lembah menuju Malino.
Seusai
menjamak shalat Maghrib dan Isya, lantunan ayat suci Al Quran menjadi penyejuk
hati di tengah dinginnya Malino malam itu. Tak hanya kami yang beragama Islam
yang menyempatkan untuk mendekatkan diri dan memohon perlindungan kepada Tuhan
kami. Teman-teman yang beragama lain juga turut beribadah menurut keyakinan dan
caranya masing-masing.
Nasi
hangat dan mie instan menjadi menu pertama kami di Malino. Kami makan dengan
lahapnya, mungkin karena cuaca dingin Malino membuat perut kami makin
keroncongan. Mungkin. Ada adat baru yang kami, peserta, dapatkan. Tidak boleh
makan ketika semuanya belum dapat makanan dan tidak boleh makan sebelum berdoa.
Perut
puas hatipun senang, sebagai pertanda kami siap untuk mengikuti rangkaian
kegiatan selanjutnya. Pembacaan tata tertib selama PATO IMA 2015 berlangsung
dibawakan oleh kakak-kakak dari Steering Committee (SC), yang mengatur segala
konsep pengaderan. Satu per satu tata tertib disetujui dengan berbagai
pertimbangan.
Seluruh
tata tertib telah disepakati. Kini saatnya kak Yuli, selaku koordinator
lapangan (korlap) PATO IMA 2015 memenuhi hak kami untuk beristirahat. Kelompok
satu telah disebut sebagai isyarat untuk meninggalkan lokasi kegiatan. Belum
sempat seluruh teman-teman kelompok satu beranjak dari tempat duduknya kala
itu, tiba-tiba beberapa suara dengan lantang menyoraki kami dan menyuruh kami
menunduk. Ya, awal dari fase tegang pengaderan baru saja kami mulai. Ketika
nada-nada keras tak hentinya mengiung-ngiung di telinga kami, beberapa kakak
panitia pun turun menghampiri kami. Mereka menenangkan para pendahulu mereka
yang sedari tadi mengingatkan kami akan kesalahan dan kecerobohan yang telah
kami lakukan.
Sabtu,
14 November 2015 pukul 04.55 WITA. Setelah terlelap di bilik kecil dimana
seluruh peserta perempuan beristirahat, aku bersama teman-teman yang lain sudah
siap mengikuti seluruh agenda pada hari kedua. Agenda pertama adalah ibadah.
Sayangnya, keterbatasan pancuran air di Batu Lapis membuat kami antri lama
untuk berwudhu dan menunaikan ibadah shalat Subuh. Walaupun sinar matahari
sudah menyapa kami, kami tetap menunaikan kewajiban kami sebagai umat muslim.
“Putar
ke kiri he, nona manis putarlah ke kiri, ke kiri, ke kiri, ke kiri, dan ke
kiri, ke kiri, ke kiri, ke kiri manise…”
Mendengarkan
dendangan musik dari berbagai aliran, meregangkan otot-otot di bawah hangatnya
mentari pagi yang menyinari Batu Lapis, dengan suguhan pemandangan alam yang
luar biasa, dihias canda dan gelak tawa dari keluarga dan calon keluarga
mahasiswa Akuntansi Unhas membuat energi positif mengalir ke seluruh tubuh dan
membuat kami lebih siap untuk menyambut segala agenda yang akan kami jalani
hari itu. Senam pagi yang sangat menyenangkan.
Kala
itu, kami harus berjalan “menuruni gunung” untuk sampai ke “markas panitia”
guna mengisi perut yang minta jatah. Kami makan ditemani alam Malino yang indah
nan sejuk. Setelah makan, kami kembali “mendaki gunung” untuk pengumpulan, lalu
melanjutkan agenda selanjutnya, games.
Angel
versus Demon menjadi tantangan pertama untuk kelompok ku, kelompok 4 yang
diberi nama Laba. Game ini memaksa kami mengeluarkan kemampuan berlogika, serta
kemampuan bekerja sama mengumpulkan logika-logika kami hingga pada akhirnya
game tersebut bisa kami taklukkan. Permainan jaring laba-laba atau kala itu
disebut dengan game “Take Me Out” menjadi tantangan kedua kami. Pada game ini,
kami dituntut untuk dapat saling bekerja sama dan dengan tabah mengangkat
teman-teman untuk melewati tali yang telah dirangkai sedemikian rupa agar dapat
dilewati tanpa menyentuhnya. Kembali, kelompok kami berhasil mengalahkan
kelompok Total, yang saat itu menjadi lawan kami. Sambil menunggu giliran
bermain di tempat lain, kami mengisi waktu dengan berjoget menyelaraskan
gerakan dan bersuka ria bersama kelompok total. Permainan ketiga kami adalah
Blind Ball, permainan ini bisa dikatakan lebih ramai dari permainan sebelumnya
karena ada empat kelompok sekaligus yang bermain. Permainan ini merupakan
realisasi dari materi komunikasi efektif yang telah kami dapatkan pada saat
pra-PATO. Dalam permainan ini, kita dituntut agar dapat menjadi seorang
komunikator yang baik dan mampu mengarahkan pesan kepada komunikan yang matanya
tertutup agar komunikan tersebut mampu menemukan bola yang tersebar di
sekelilingnya. Beda halnya dengan permainan sebelumnya, di permainan ini, kami,
kelompok laba dan harus mengakui kemenangan kelompok total yang saat itu
bekerja sama dengan kelompok . Permainan terakhir adalah Teka-Teki Akuntansi.
Terlihat dari segi namanya, game ini mengasah kemampuan keakuntansian kami.
Sebagai calon akuntan yang baik, kami tentu perlu menguasai hal-hal yang
berhubungan dengan akuntansi, dan pada permainan ini, kami, kelompok laba
kembali bekerja sama guna memecahkan segala soal yang ada. Sayangnya, kami tak
dapat menyelesaikan segala teka-teki karena kalah lincah dengan waktu.
Agenda
selanjutnya adalah diskusi dan bedah buku. Kami dibagi menjadi dua kelompok
besar, yang terdiri dari kelompok ganjil dan genap. Itu artinya, kelompok laba
bersama dengan kelompok dua dan enam. Kelompok laba mendapat giliran pertama
untuk maju mempresentasekan hasil diskusi bedah buku. Buku kami berjudul
“Bencana Ketidakadilan”, menceritkan mengenai bencana, sebuah kejadian yang
memakan korban jiwa dan materi ada yang murni merupakan kehendak tuhan dan
adapula yang merupakan pancingan ulah manusia. Buku-buku lainnya yang dibedah
adalah “Republik Kapling”, bercerita mengenai kondisi politik di Indonesia yang
terbagi-bagi dan tidak mengoptimalkan peran dan fungsi pada setiap profesi, dan
“Pare dan Catatan Tak Usai”, bercerita mengenai perjuangan para pemuda dalam
memperjuangkan peran, harkat, martabat, dan cita-cita bangsa. Diskusi berjalan
dengan khidmat di bawah teriknya langit Malino dan diskusi berakhir dengan
oleh-oleh berupa wawasan yang akan terekam di memori ingatan kami
Kami
kembali menyempatkan diri beribadah dan mengisi perut sebelum melanjutkan
pencarian ilmu kami melalui materi selanjutnya, yaitu Tanggung Jawab
Intelektualitas dan Kelembagaan yang dibawakan oleh kakak-kakak dari pengurus
himpunan. Kak Dini memaparkan mengenai keharusan mengimplementasikan
pengetahuan yang baik dan benar yang kita miliki ke dalam suatu tindakan nyata
di tengah rerumputan hijau. Gerimis yang sempat menyapa kami, membuat kami,
kelompok laba, melanjutkan materi di teras penginapan yang beratap. Kanda yang
memfasilitatori kami kala itu adalah Kak Salsabila, yang juga memperkenalkan
kami pada visi dan misi LEMA FE UH dan IMA.
Apresiasi
seni di malam kedua PATO IMA 2015 dimulai. Kakak-kakak kemah menyalakan api
unggun dan obor di sekeliling tempat perhelatan. Rasa debar-debar berguncah di
dalam dada kami. Perpaduan antara cemas dan semangat membara beradu dengan
dingin yang mulai menusuk tulang-tulang kami. Acara dibuka dengan suguhan
paduan suara dari peserta PATO IMA 2015 yang membawakan Mars FE UH dan Mars
IMA. Kemudian, penampilan selanjutnya berturut-turut adalah drama PTN BH, drama
bidikmisi, puisi dan akustik. Kami mengerahkan seluruh kemampuan yang kami
miliki demi memuaskan hati para kemah. Tentunya, kami juga ingin membanggakan
kakak-kakak panitia utamanya mereka yang bertanggung jawab untuk melatih kami.
Apresiasi
seni telah usai menyisakan kenangan yang mungkin tak akan pernah kami lupakan.
Saatnya untuk mengistirahatkan tubuh yang mulai lelah. Di tengah malam, kami
terbangun, lebih tepatnya dibangunkan. Seperti biasanya, kami kembali berkumpul
di atas rumput hijau di bawah taburan bintang-bintang. Pertarungan memerangi
ilmu, mental dan retorika akan segera dimulai. Kak Iqrima dan Kak Fiman, selaku
pendamping kelompok Laba juga telah siap mengawal kami. Kami akan bersama-sama
menelusuri malam untuk mencari makna dari setiap nilai yang terpapar pada buku
putih IMA.
Pos
pertama yang menjadi tempat singgah kami adalah pos 2011. Menjadi tamu pertama
memang akan mendapat suguhan yang fantastis. Begitupun dengan kami, semangat
pengaderan mengalir pada kami dan mungkin juga pada kakak-kakak di pos 2011
sehingga mereka dengan semangatnya mengajarkan nilai-nilai spiritualitas, yang
merupakan penguasaan dunia yang terdiri dari hal-hal yang bersifat materil dan
non materil, kepada kami. Pos selanjutnya ditempuh dengan “mendaki gunung”,
yaitu pos 2010 yang membawakan nilai-nilai kemanusiaan, yang katanya setiap
manusia mempunyai cara masing-masing dalam merealisasikan nilai-nilai
kemanusiaannya, namun pada intinya mereka mempunyai tujuan yang sama maknanya.
Di pos ini, kelompok kami benar-benar diuji nilai kemanusiaannya, di pos ini
pun kami diselingi berbagai candaan sehingga membuat kami seolah-olah berada
pada game tahan tawa. Pos selanjutnya yang kami kunjungi adalah pos 2008, di
pos ini selain mendapatkan nila-nilai kepemimpinan, bagaimana seseorang harus
mampu memimpin dirinya sendiri dan bagaimana kader-kader saat ini akan menjadi
pemimpin IMA kelak, kami juga disuguhi sarapan. Mungkin karena kakak-kakak di pos
2008 ini melihat tampang-tampang lelah kami. Pos selanjutnya 2009, awalnya jika
ingin masuk ke pos ini ada dua cara yang dapat dilakukan; pertama harus membuat
status alay, kedua harus berjalan ala model atau jalan penguin, namun di
tengah-tengah perjalanan, ada opsi lain, yakni menggombal salah satu kakak di
pos ini. Belum kami menuntaskan peran dan fungsi mahasiswa di pos ini, sudah
ada kelompok Total yang menunggu. Di tengah-tengah diskusi kelompok kami,
kelompok Total masuk dengan memberikan password masing-masing. Kakak-kakak 2009
sangat ringan berbagi ilmu dengan kami, sama halnya dengan pos 2010, pos ini
juga diselingi dengan berbagai candaan yang membuat kami tak henti tertawa.
Namun, kami sempat “sport jantung”…….. Bukan karena ulah kakak-kakak 2009,
melainkan karena salah satu anggota kelompok total kambuh penyakit ayannya.
Untung TBM segera datang dan mengamankan teman kami itu. Kami meninggalkan
kelompok Total untuk menuju pos berikutnya, yaitu pos 2013 yang membawakan
nilai-nilai kebangsaan. Di pos ini, semangat nasionalisme dan patriotisme kami
kembali ditumbuhkan melalui pembacaan sumpah pemuda dan menyanyikan lagu-lagu
kebangsaan. Pos terakhir kami yaitu pos 2012. Sebelum kakak-kakak 2012
memberikan ilmu tambahan mengenai nilai-nilai kelembagaan kepada kami, kami
diminta untuk bernyanyi atau berjoget.
Setelah
melewati pos-pos, kelompok kami kembali ke tempat pengumpulan. Kami diberi
waktu untuk beristirahat sejenak. Aku bersama teman-teman dari kelompok laba
menggunakan waktu tersebut untuk mengerjakan soal dari kakak SC yang telah
diberikan sebelum kami tidur. Setelah mengerjakan soal, aku dan beberapa
peserta perempuan lainnya rehat di bawah pepohonan rindang dan tanpa sengaja
terlelap di tengah rentetan gunung yang memberikan panorama luar biasa.
Setelah
rehat sejenak, kami melanjutkan agenda yaitu game tarik tambang. Game tarik
tambang ini sangat seru. Selain berlawan antarkelompok, kami, para peserta juga
ditantang untuk melawan kemah. Pada awalnya, seluruh peserta tampak sangat
bersemangat mengikuti permainan ini, namun lama-kelamaan mentari yang menyengat
memaksa kami berteduh di bawah tenda yang menjadi kamar para panitia dan
peserta laki-laki. Tak lama kemudian, kami kembali berkumpul lalu bersama-sama
“makan besar”.
Cuaca
panas yang baru saja menyengat lalu digantikan dengan mendung dan gerimis. Hal
ini membuat korlap menyuruh kami mengambil ponco dan membawanya menuju tempat
“makan besar”. Disebut makan besar karena pada sesi ini seluruh peserta dan
kemah bersama-sama makan di atas tikar. Kami makan tidak lagi menggunakan
piring seperti sebelumnya, melainkan dengan cara prasmanan. Suasana dramatis
terjadi ketika gerimis mulai muncul. Awalnya, kami menutupi makanan hanya
dengan telapak tangan kami saja, namun tampaknya langit benar-benar menurunkan
hujan, sehingga pada saat itu kami mengluarkan ponco masing-masing. Bukan untuk
dipakai, melainkan menjadikannya atap atas makanan kami. Tak peduli sebarapa
pun deras hujan menghantam, kami tetap menyuap mulut kami. Namun, tetap saja
pada akhirnya banyak dari kami yang tidak sanggup menghabiskan makanannya.
Entah karena kekenyangan atau kah karena kehujanan.
Setelah
mengisi perut dan mengenakan ponco masing-masing, kami kembali berbaris dan
menunggu pembagian tugas membersihkan dari korlap. Setelah semuanya selesai,
barulah kami kembali “mendaki gunung” menuju tempat pengumpulan. Langkah kaki
kami diiringi dengan mars IMA.
Sebelum
membersihkan, kami menyempatkan untuk beribadah. Aku dan beberapa orang teman
yang beragama muslim lalu menuju mesjid. Ketika hendak menuju tempat wudhu, aku
dipanggil oleh seorang teman yang berada di dalam mushollah. Ia memintaku untuk
meminjamkan mukenah. Aku berjalan masuk mesjid dan membuka alas kaki. Setelah
berada di dalam mesjid dan bermaksud untuk menyimpan kaos kaki, tiba-tiba
kakiku merasa menginjak sesuatu. Awalnya, aku hanya menertawai diriku yang
ternyata menginjak seekor tawon. Lama-kelamaan aku merasa seperti tertusuk
paku, dan aku mulai menyadari bahwa digigit tawon itu ternyata sakit. Kulihat
seorang temanku mengambil tawon tersebut. Kasihan, tawonnya mati tragis
terinjak manusia. Sedangkan aku segera mencari teman untuk menuju tim bantuan
medis (TBM). Akhirnya, sisa-sisa agenda PATO IMA 2015 kuhabiskan di ruangan TBM
karena telapak kaki kiriku harus mendapatkan penanganan dari kakak-kakak TBM FK
Unhas.