Monday 28 December 2015

"Yaaa Namanya Juga Mahasiswa"

Oleh: Firda Amalia H

Satu kalimat spontan yang langsung terucap kala lihat peristiwa unjuk rasa anarkis dan pemblokiran jalan oleh mahasiswa di malam itu.

Unjuk rasa yang anarkis memang sudah menjadi hal yang lumrah pasca awal bermulanya era reformasi 1998. Apakah mahasiswa yang disebut-sebut kaum intelek wajar melakukan tindakan demikian? Apakah tidak ada cara lain yang lebih baik untuk menyuarakan hal yang disebut-sebut sebagai suara rakyat itu? Apakah perilaku tersebut merupakan realisasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi?

Apakah suatu kemerosotan moral atau kebangkitan jiwa pemberontak?

Katanya, unjuk rasa anarkis adalah gerbang terakhir ketika seluruh cara yang telah ditempuh sebelumnya gagal. "Ingat peristiwa pada tanggal 21 Mei 1998?", ketika mahasiswa benar-benar menjadi penyelamat rakyat, itulah kuncinya. Katanya, anarkis jauh lebih baik daripada apatis. Katanya, mahasiswa adalah penyambung lidah rakyat dengan para pemegang kekuasaan. Katanya, jika bukan mahasiswa lantas siapa lagi yang akan mendobrak kebijakan pemerintah yang mencekik rakyat? Katanya, moral ambruk justru ialah ketika melihat negeri sendiri terpuruk lalu diam dan tak berbuat apa-apa.

Lantas, ketika rakyat merasa rugi akibat ulah segelintir orang yang mengaku akan menolongnya, bukankah berarti ada yang salah dengan semua ini?

Ya, sejatinya sudah menjadi tugas seorang mahasiswa untuk menjawab dan mengkritisi hal-hal tersebut.

HIDUP MAHASISWA!

---

Telah diupload di Line (id: pikpek) pada 4 November 2015, 20:39

No comments:

Post a Comment