Segala sesuatu akan terbalaskan
meskipun dalam bentuk yang berbeda.
Di
tahun 2017 saya merasa banyak sekali pelajaran berharga yang telah saya terima.
Saya selalu percaya bahwa kejutan-kejutan yang baik akan selalu datang untuk
orang-orang yang selalu berusaha. Dan orang-orang yang selalu berusaha akan
menganggap segala takdir hidup yang telah digariskan kepadanya adalah sesuatu
yang baik dan bermakna. Tahun ini, saya betul-betul merasakan dengan nyata
betapa besar nikmat yang Tuhan berikan kepada saya. Nikmat yang tak
putus-putus.
Di
tahun 2017 saya berjumpa dengan buanyak sekali orang-orang yang keren nun patut
dijadikan panutan oleh kids jaman now.
Tak dapat dihitung lagi dan saya mohon maaf karena tidak dapat menyebutkannya satu
per satu karena akan sangat panjang dan takut ada yang kelupaan. Mulai dari public figure, mentor, fasilitator, teman
sebaya bahkan mereka yang jauh lebih muda, yang karena kesederhanaan sampai
kekritisannya sehingga saya sekagum itu pada mereka-mereka semua.
Dan
semakin saya bertemu dengan orang-orang baru itu, semakin sadar pula bahwa saya
sekurang ini. Perlu masih banyak belajar karena ilmu itu tidak akan pernah
cukup – bukan kah Tuhan juga memerintahkan agar kita selalu menuntut ilmu?
Di
bangku kuliah, meskipun rentang IPK seperti biasa, mirip roller coaster yang di semester ganjil selalu naik dan di semester
genap selalu turun, namun ada banyak sekali pelajaran berharga yang bisa saya
renungi. Di semester lima misalnya, di antara kesibukan menjadi pendamping item
akustik inaugurasi yang kadang pulang saat matahari sudah terbenam dan bergelut
dengan tugas-tugas sebagai fasilitator Roots yang membuat saya harus
bolak-balik Tamalanrea-Pallangga di jam kuliah, ternyata Tuhan masih berbaik
hati memberikan nilai sempurna untuk mata kuliah yang diampu oleh dosen yang
konon paling horor seprodi. Di situ saya belajar bahwa kebaikan akan selalu
terbalas meskipun dalam bentuk yang berbeda. Boleh jadi nilai A itu bukan
karena hasil belajar saya saja, melainkan karena ketulusan saya dalam bekerja
di kepanitiaan, atau karena H-2 sebelum mid saya masih menyempatkan diri untuk
berkumpul bersama orang-orang yang selalu memberikan support luar biasa kepada saya. Kuncinya satu: tulus.
Di
saat saya gagal, artinya saya perlu melakukan refleksi kepada diri sendiri.
Pasti ada sesuatu yang salah sehingga diri ini mendapatkan teguran. Serupa
dengan kisah yang saya tuangkan di tulisan sebelumnya. Bisa jadi keborosan saya
bukan karena adanya harbolnas dengan diskon gede-gedan, melainkan karena
sedekah saya masih kurang sekali. Bisa jadi schedule
yang tiba-tiba berubah dan saling bertabrakan satu sama lain bukan
dikarenakan kecerobohan dari panitia yang seenaknya merubah jadwal, melainkan
karena saya ogah-ogahan melaksanakan ibadah di awal waktu. Secucoklogi itu,
tapi memang logis, kan?
Saya tidak
pernah menyangka 2017 akan sehectic itu. Dan saya
sangat bersyukur karena masih diberi pemikiran untuk merefleksikan segala yang
terjadi. Selamat menyambut 2018 dengan segala ke-hectic-annya. Semoga kita
senantiasa mendapatkan pelajaran atas hal-hal yang terjadi pada diri kita.
Maka
Nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang kamu dustakan?
Happy
New Year and (still) Happy Holidays!
No comments:
Post a Comment