Monday 1 January 2018

#REWIND2017 ala Me

Segala sesuatu akan terbalaskan meskipun dalam bentuk yang berbeda.

Di tahun 2017 saya merasa banyak sekali pelajaran berharga yang telah saya terima. Saya selalu percaya bahwa kejutan-kejutan yang baik akan selalu datang untuk orang-orang yang selalu berusaha. Dan orang-orang yang selalu berusaha akan menganggap segala takdir hidup yang telah digariskan kepadanya adalah sesuatu yang baik dan bermakna. Tahun ini, saya betul-betul merasakan dengan nyata betapa besar nikmat yang Tuhan berikan kepada saya. Nikmat yang tak putus-putus.

Di tahun 2017 saya berjumpa dengan buanyak sekali orang-orang yang keren nun patut dijadikan panutan oleh kids jaman now. Tak dapat dihitung lagi dan saya mohon maaf karena tidak dapat menyebutkannya satu per satu karena akan sangat panjang dan takut ada yang kelupaan. Mulai dari public figure, mentor, fasilitator, teman sebaya bahkan mereka yang jauh lebih muda, yang karena kesederhanaan sampai kekritisannya sehingga saya sekagum itu pada mereka-mereka semua.

Dan semakin saya bertemu dengan orang-orang baru itu, semakin sadar pula bahwa saya sekurang ini. Perlu masih banyak belajar karena ilmu itu tidak akan pernah cukup – bukan kah Tuhan juga memerintahkan agar kita selalu menuntut ilmu?

Di bangku kuliah, meskipun rentang IPK seperti biasa, mirip roller coaster yang di semester ganjil selalu naik dan di semester genap selalu turun, namun ada banyak sekali pelajaran berharga yang bisa saya renungi. Di semester lima misalnya, di antara kesibukan menjadi pendamping item akustik inaugurasi yang kadang pulang saat matahari sudah terbenam dan bergelut dengan tugas-tugas sebagai fasilitator Roots yang membuat saya harus bolak-balik Tamalanrea-Pallangga di jam kuliah, ternyata Tuhan masih berbaik hati memberikan nilai sempurna untuk mata kuliah yang diampu oleh dosen yang konon paling horor seprodi. Di situ saya belajar bahwa kebaikan akan selalu terbalas meskipun dalam bentuk yang berbeda. Boleh jadi nilai A itu bukan karena hasil belajar saya saja, melainkan karena ketulusan saya dalam bekerja di kepanitiaan, atau karena H-2 sebelum mid saya masih menyempatkan diri untuk berkumpul bersama orang-orang yang selalu memberikan support luar biasa kepada saya. Kuncinya satu: tulus.

Di saat saya gagal, artinya saya perlu melakukan refleksi kepada diri sendiri. Pasti ada sesuatu yang salah sehingga diri ini mendapatkan teguran. Serupa dengan kisah yang saya tuangkan di tulisan sebelumnya. Bisa jadi keborosan saya bukan karena adanya harbolnas dengan diskon gede-gedan, melainkan karena sedekah saya masih kurang sekali. Bisa jadi schedule yang tiba-tiba berubah dan saling bertabrakan satu sama lain bukan dikarenakan kecerobohan dari panitia yang seenaknya merubah jadwal, melainkan karena saya ogah-ogahan melaksanakan ibadah di awal waktu. Secucoklogi itu, tapi memang logis, kan?

Saya tidak pernah menyangka 2017 akan sehectic itu. Dan saya sangat bersyukur karena masih diberi pemikiran untuk merefleksikan segala yang terjadi. Selamat menyambut 2018 dengan segala ke-hectic-annya. Semoga kita senantiasa mendapatkan pelajaran atas hal-hal yang terjadi pada diri kita.

Maka Nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang kamu dustakan?

Happy New Year and (still) Happy Holidays!

No comments:

Post a Comment